3.1 Janji-janji Allah: Pendahuluan
Tujuan dari pelajaran kita kali ini adalah untuk mencapai pengertian yang luas tentang siapakah Allah? Dan bagaimana Ia bekerja? Sehingga kita dapat mengoreksi sejumlah pengertian yang salah tentang hal-hal tersebut. Sekarang kita akan melihat lebih jelas lagi tentang hal-hal yang “dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Yak. 1:12; 2:5) yaitu dengan melaksanakan perintah-perintahNya (Yoh. 14:15).
Janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama terdiri dari apa yang diharapkan oleh orang-orang Kristen sejati. Ketika Paulus diadili dia berkata tentang upah di masa depan, yang oleh karenanya dia rela mengorbankan segala hal: “Dan sekarang aku harus menghadap pengadilan oleh sebab aku mengharapkan kegenapan janji, yang diberikan Allah kepada nenek moyang kita…Dan karena pengharapan itulah…aku dituduh” (Kis.26:6,7). Dia menghabiskan waktu dalam hidupnya untuk memberitakan “kabar kesukaan (injil), yaitu janji yang diberikan kepada nenek moyang Israel, yang telah digenapi Allah…dengan membangkitkan Yesus” (Kis. 13:32,33). Paulus menjelaskan bahwa keyakinan terhadap janji-janji tersebut akan memberikan harapan untuk dibangkitkan dari kematian (Kis. 26:6-8 bandingkan 23:8), yaitu pengetahuan tentang kedatangan Yesus yang kedua kali sebagai Hakim Agung dan kedatangan Kerajaan Allah (Kis. 24:25; 28:20,31).
Semua hal ini membenamkan mitos yang menganggap Perjanjian Lama hanyalah sebuah sejarah Israel yang bertele-tele yang sama sekali tidak pernah berbicara tentang kehidupan abadi. 2000 tahun yang lalu, Allah tidak tiba-tiba membuat keputusan untuk menawarkan kehidupan abadi kepada kita melalui Yesus. Dia sudah merencanakan hal ini sejak permulaan:
“Dan berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta, dan yang pada waktu dikehendakiNya telah menyatakan firmanNya dalam pemberitaan Injil yang telah dipercayakan kepadaku sesuai dengan perintah Allah, juru selamat kita (Titus 1:2,3).
“hidup yang kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami” (I Yoh. 1:2).
Dengan memperhatikan bahwa janji Allah untuk memberikan kehidupan abadi kepada umatNya sudah sejak permulaan, maka hal ini tidak mengartikan bahwa Dia tetap diam tentang hal itu selama 4000 tahun Dia berurusan dengan manusia, seperti yang tercatat di Perjanjian Lama. Buktinya, di dalam Perjanjian Lama penuh dengan nubuat-nubuat dan janji-janji yang memberikan penjelasan terperinci tentang harapan tersebut, yang telah disiapkan Allah untuk umatNya. Oleh karena inilah maka pengertian tentang janji-janji Allah kepada nenek moyang orang-orang Yahudi sangat penting sehubungan dengan keselamatan kita. Karena itu Paulus mengingatkan orang-orang yang percaya di Efesus, bahwa sebelum mereka mengetahui tentang hal-hal ini, “bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia” (Ef. 2:12). Meskipun mereka yakin bahwadari penyembahan berhala yang mereka lakukan sebelumnya, telah memberikan mereka suatu harapan dan pengetahuan tentang Allah. Tetapi dengan tidak mengetahui tentang janji-janji Allah di Perjanjian Lama adalah suatu masalah besar, seperti “tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.” Ingatlah bagaimana Paulus menjelaskan tentang harapan orang-orang Kristen sebagaimana dia “mengharapkan kegenapan dari janji-janji yang diberikan Allah kepada nenek moyang kita (orang-orang Yahudi)” (Kis. 26:2).
Sangat menyedihkan, hanya ada beberapa Gereja yang meletakkan dasarnya pada Perjanjian lama. “Kristen” diangggap agama yang muncul hanya dari Perjanjian Baru, walaupun mereka menggunakan Perjanjian Lama sebagai referensi. Padahal dengan jelas sekali Yesus meletakkan dasar-dasar pengajarannya dari Perjanjian Lama:
“Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa (yaitu 5 Kitab Taurat yang dia tulis) dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati” (luk. 16:31).
Memang benar, dengan percaya pada kebangkitan Yesus, hal itu sudah cukup (bandingkan Luk. 16:30), tapi Yesus mengatakan, bahwa tanpa pengertian yang dalam tentang Perjanjian Lama, hal tersebut tidak akan mungkin terjadi.
Jatuhnya iman para murid setelah penyaliban dikatakan oleh Yesus sebagai kekurangan mereka dalam memperhatikan dengan baik Perjanjian Lama;
“Lalu ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaannya? Lalu ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang dia di dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab-kitab nabi.” (Luk. 24:25-27).
Catat, bagaimana dia menekankan bahwa seluruh Perjanjian Lama berbicara tentang dia. Bukan karena para murid tidak pernah membaca atau mendengar firman-firman dari Perjanjian lama, tapi karena mereka tidak dapat memahaminya. Oleh karena itu mereka tidak percaya dengan sungguh-sungguh. Jadi, penting sekali untuk memahami firman Allah daripada hanya sekedar membacanya, untuk membangun iman yang teguh. Orang-orang Yahudi sangat fanatik sekali dalam membaca Perjanjian lama (Kis. 15:21), tetapi mereka tidak dapat memahami referensi-referensi yang menunjuk kepada Yesus dan Injilnya, sehingga mereka tidak sungguh-sungguh mempercayainya. Karena itu yesus mengatakan kepada mereka;
”sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepadaku, sebab ia telah menulis tentang aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang kukatakan?” (Yoh. 5:46,47).
Walaupun mereka membaca Alkitab, tetapi mereka tidak memperhatikan inti dari firman-firman tersebut yang berbicara tentang Yesus, sekalipun mereka percaya tentang keselamatan. Yesus berkata kepada mereka:
”Kamu menyelidiki Kitab Suci (harus dengan cara yang benar-Kis. 17:11), sebab kamu menyangka (dengan begitu yakin) bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal,...walaupun kitab-kitab suci itu memberikan kesaksian tentang aku” (Yoh. 5:39).
Begitu juga yang telah terjadi pada banyak orang, yang secara garis besar mengetahui tentang peristiwa-peristiwa dan ajaran-ajaran di Perjanjian Lama, tapi mereka hal tersebut hanya sekedar pengetahuan umum untuk diketahui. Karena itu Kabar Baik tentang Kristus dan Injil Kerajaan Allah tetap menjauh dari mereka. Alasan inilah yang membuat pelajaran ini bertujuan untuk membuat anda tidak berada dalam posisi seperti itu, dengan menunjukkan arti yang sebenarnya dari berbagai janji yang terdapat di dalam Perjanjian Lama;
Di Taman Eden
Kepada Nuh
Kepada Abraham
Kepada Daud
Informasi mengenai hal-hal ini dapat ditemukan di lima kitab pertama Alkitab (Kejadian-Ulangan) yang ditulis oleh Musa dan pada kitab nabi-nabi Perjanjian lama. Semua dasar-dasar dari Injil Kristus terdapat disini. Paulus menjelaskan bahwa Injil yang dia beritakan adalah ”tidak lain daripada yang sebelumnya telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, yaitu Mesias harus menderita sengsara dan bahwa ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain” (Kis. 26:22,23). Dan pada hari-hari terakhirnya, Paulus juga memberikan kesaksian yang sama: ”Ia (Paulus) menerangkan dan memberi kesaksian kepada mereka tentang Yesus. Hal itu berlangsung dari pagi sampai sore.” (Kis. 28:23).
Paulus mengharapkan bahwa tingkat tertinggi dalam kehidupan orang-orang Kristen haruslah menjadi motivasi bagi kita; sebagaimana hal tersebut menjadi cahaya kemuliaan yang merupakan akhir dari perjalanannya. Maka hal tersebut haruslah menjadi tujuan bagi orang-orang Kristen yang serius. Dengan dibakar oleh semangat untuk mencapai hal ini, marilah kita ”Menyelidiki Kitab Suci.”