PELAJARAN 4: KEMATIAN

Sebuah malapetaka selalu menjadi topik utama berita. Kematian yang tiba-tiba dan kejam selalu menimbulkan keingintahuan; tetapi topik akan ‘kematian’ sendiri tidak dianggap berita, dan anehnya, tidak mengundang banyak perhatian. Namun, dalam jangka waktu di mana anda membaca kedua kalimat di atas, telah diperkirakan bahwa ada 25-30 orang yang mati (yaitu, lebih dari 6.250 orang per jam, atau 150.000 per hari). Suatu hari anda akan menjadi salah satunya! Kemungkinannya bukanlah bahwa anda akan mengalami malapetaka, yang hanya menyebabkan sebagian kecil dari kematian, tetapi bahwa dalam salah satu hari-hari biasa, rutinitas anda akan berhenti dan dunia akan berjalan terus tanpa anda. Inilah mengapa bahasan tentang kematian merupakan topik utama yang penting.

Pemikiran akan kematian menimbulkan pertanyaan, ‘Siapakah aku? Apa yang akan terjadi kepadaku jika aku mati? Apakah peranku dalam tujuan penciptaan Allah?’

Pada dasarnya terdapat tiga sikap terhadap kematian:

1.       Mengacuhkannya

2.       Mengambil anggapan bahwa kematian tidaklah seperti apa yang kita bayangkan

3.       Menghadapi kenyataan yang pahit, dan berusaha untuk mencari jalan keluar

Marilah kita memahani ketiga sikap tersebut secara lebih mendalam:

1.  MENGACUHKAN KEMATIAN

Ini merupakan sikap dari kelompok yang semakin berkembang, akibat pengaruh dunia Barat. Tujuan hidup akan kekayaan duniawi, yaitu pandangan hidup yang mempengaruhi dunia Barat, berpusat dalam ilmu pengetahuan. Pendekatan ilmiah tersebut menangani masalah-masalah dalam kehidupan dengan segala sesuatu yang dapat diukur. Pertanyaan seperti: “Apa yang terjadi setelah kematian?” tidak dapat diukur secara ilmiah, sehingga kebanyakan dibiarkan tak terjawab

Banyak orang yang disilaukan oleh sejumlah kehebatan penemuan-penemuan ilmiah, dan sedapat mungkin berusaha untuk menghilangkan segala pemikiran akan kematian dari benak mereka.

2.  ANGGAPAN BAHWA KEMATIAN TIDAKLAH SEPERTI APA YANG KITA BAYANGKAN

Ini merupakan pandangan yang telah lama diambil oleh banyak sekali agama-agama di dunia. Kematian, konon, bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi merupakan pintu menuju kehidupan kekal. Akar dari bermacam-macam jenis kepercayaan yang memiliki anggapan bahwa manusia memiliki ‘jiwa yang kekal’; bahwa terdapat sesuatu dalam diri manusia yang tidak dapat mati, dan pada saat kematian bagian ini dibebaskan dari tubuh untuk hidup dalam bentuk lain.

Namun pandangan-pandangan ini tidak dapat dibuktikan dari pengalaman, maupun dari kitab-kitab agama di dunia, yang mana, kecuali Alkitab (2 Timotius 3:16), hanyalah merupakan hasil spekulasi dari pemikiran yang berputar dalam kegelapan. Percobaan-percobaan dalam telepati dan panca-indera luar biasa mungkin telah membuktikan bahwa kemampuan manusia melebihi apa yang telah ditemukan oleh ilmu-pengetahuan, namun mereka tidak membuktikan bahwa terdapat ‘sesuatu’ yang berkelanjutan hidup pada saat kematian tubuh. Manusia membutuhkan penerangan yang pasti dari Allah, pencipta-Nya, mengenai kematian.

Alkitab merupakan satu-satunya buku yang dapat menyediakan ini. Kitab ini menuntut bahwa manusia harus:

3.  MENGHADAPI KENYATAAN AKAN KEMATIAN DAN MENCARI JALAN KELUAR. TIDAK DAPAT DITEMUKAN SATUPUN PEMIKIRAN DALAM ALKITAB BAHWA MANUSIA MEMILIKI JIWA YANG KEKAL, YANG TERUS HIDUP SETELAH KEMATIAN

Ini mungkin merupakan suatu kejutan bagi mereka yang memegang ajaran Kristen ortodoks. Namun Alkitab mengatakan,

“Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa.”

“Karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.” (Pengkhotbah 9:5, 10)

Kenyataan ini mungkin tidaklah nyaman untuk direnungkan, namun seharusnya menimbulkan perasaan kerendahan-hati, dan memancing kesadaran akan kebutuhan manusia yang mendesak untuk mencari jalan keluar.

KESELAMATAN DIMULAI DARI KERENDAHAN HATI

Allah telah menyatakan, “Tetapi kesukaan-Ku ialah orang yang rendah hati, yang menyesali dosa-dosanya, yang takut dan taat kepada-Ku.” (Yesaya 66:2 - BIS).

“Rendah hati” berarti bahwa orang tersebut mengakui bahwa ia tidaklah memiliki nilai apapun sementara dia masih merupakan mahluk hidup mortal (akan mati).

Manusia pada dasarnya adalah mahluk hidup yang angkuh. Gagasan mengenai jiwa yang kekal sangat menarik bagi dasar keangkuhannya. Namun jika kita ingin mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, sepatutnyalah jika kita membuang semua gagasan terdahulu, sebagaimana indahnya, dan merenungkan dengan teliti apa yang telah dinyatakan oleh Allah mengenai kondisi alami manusia.

SIFAT DASAR MANUSIA

Alkitab membahas topik ini sampai ke akarnya. Kitab ini memberitahukan bagaimana, pada awal keberadaan manusia, kematian datang. Tulisan mengenai manusia pertama, Adam dan Hawa, bukanlah suatu dongeng! Pertimbangkan besarnya pengaruh fakta-fakta yang tertulis dalam bab pembukaan Alkitab.

“TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” (Kejadian 2:7).

Tubuh Adam dibuat dari unsur yang merupakan dasar pembentuk segala unsur. Unsur-unsur ini dibentuk oleh Pencipta yang Maha Kuasa, menjadi sebuah tubuh manusia yang sangat rumit, dengan semua bagian yang lembut dan saling berhubungan. Sebagai perbandingan, keajaiban yang sama terjadi zaman ini pada pertumbuhan bayi di kandungan.

Tubuh Adam dari debu diberikan nyawa oleh Allah, yang “menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya”, dan apa yang sesungguhnya merupakan tubuh tak bernyawa “menjadi makhluk yang hidup”.

JIWA

Nyawa merupakan suatu misteri yang tak dapat dijelaskan, namun dapat secara mudah dapat dikenali bahwa nyawa tidak terdapat pada benda-benda mati. Tidak terdapat bukti yang menyarankan bahwa nyawa dapat berdiri sendiri tanpa adanya tubuh. Alkitab mengungkapkan, dan pengalaman membuktikan bahwa ‘tubuh’ dan ‘nyawa’ saling tergantung terhadap sesama dan gabungan dari mereka membentuk suatu ‘mahluk hidup’.

Kata ‘jiwa’ sering digunakan dalam Alkitab untuk menyebut baik manusia maupun binatang. Dalam terjemahan, disebut sebagai ‘pikiran’, ‘binatang’, ‘manusia’, ‘mahluk hidup’, namun tidak pernah dihubungkan sebagaimanapun dengan pemikiran akan kehidupan kekal.

MAHLUK HIDUP

Pernyataan Kejadian 2:7, “Demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”, berarti bahwa manusia menjadi mahluk hidup, seperti mahluk-mahluk ciptaan Allah yang lain.

Bacalah Pengkhotbah 3:19-20, “Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia. Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu.”.

Ayat di atas menunjukkan bahwa manusia sama sekali tergantung akan Allah untuk hidupnya. Jika Allah menahan napasnya, atau roh, atau nyawa dari seorang manusia, maka dia menjadi mahluk yang mati. Sangatlah penting untuk memahami ini, karena banyak kaum Kristen yang menganggap bahwa manusia memiliki jiwa kekal yang terus hidup setelah kematian. Hal ini tidak diajarkan di Alkitab, karena kata “jiwa” berarti “mahluk”, sehingga jiwa adalah manusia tersebut. Jiwa tidak dapat hidup terpisah dari manusia atau binatang. Ini merupakan, pada kenyataanya, dusta ular di taman Eden. Dia berkata kepada Hawa, “Sekali-kali kamu tidak akan mati” – suatu penentangan jelas terhadap apa yang dikatakan Allah terhadap Adam dan Hawa. Pengkhotbah 12:7 membuktikan ketergantungan manusia akan Allah untuk keberadaaanya: “Dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”. Ini tidak membuktikan bahwa manusia pergi ke Surga pada saat kematian. Bacalah Yohanes 3:13 dan perhatikan kata-katanya, “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga”. Manusia mati karena dosa: “… Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati”. Dan di Roma 3:23 kita membaca, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. Maka dari itu, kesimpulannya adalah semua yang mati menjadi tidak sadar, hingga saat kebangkitan. 1 Korintus 15 membahas tentang harapan akan kebangkitan secara mendalam.

MANUSIA – MAHLUK HIDUP UNTUK MEMBERI KEBAHAGIAAN ALLAH

Tujuan dari pencipataan manusia adalah, seperti penciptaan-penciptaan lain, untuk memberi kebahagiaan kepada Allah. “Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.” (Wahyu 4:11)

Tidak seperti penciptaan binatang, manusia diberi kebebasan pilihan, untuk mematuhi atau melanggar, sehingga ia dapat memilih tindakannya. Kita dapat menghargai sebagaimana besar kebahagiaan yang dapat diberikan dari seorang manusia kepada Allah, melalui kebebasan pilihannya untuk menyenangkan Allah, dan bukan dirinya sendiri. Ini merupakan kebahagiaan yang mana, dalam skala yang kecil, orang-tua dapatkan dari anak-anaknya yang dengan sukarela mematuhi dan menghormati mereka.

KEGAGALAN MANUSIA

Untuk mencoba tanggapan manusia dalam memiliki kebebasan pilihan, Allah memberikan percobaan sederhana kepada Adam dan Hawa. Mereka diberitahu:

“Semua pohon … boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kejadian 2:16-17).

Manusia gagal dan sebagai akibatnya membawa kepada dirinya sendiri hukuman mati. Adam dan Hawa tergoda oleh gagasan ular, bahwa mereka dapat menjadi seperti para Tuhan, mengetahui antara kebaikan dan kejahatan, dan karena buah tersebut terlihat sangat menggoda dan enak untuk dimakan. Dalam hal ini, keangkuhan dan nafsu telah mengalahkan mereka. Kedua sifat ini telah membentuk dasar sifat manusia sejak saat itu. Perhatikan secara teliti kata-kata ular dalam menggoda Hawa, “Sekali-kali kamu tidak akan mati” (Kejadian 3:4).

Ini merupakan suatu dusta, dan elakan terhadap Firman Allah, dusta yang telah membentuk dasar dari agama-agama buatan manusia sepanjang masa.

KUTUKAN TERHADAP MANUSIA

Adam dan Hawa telah menerima kutukan adil dari Allah. Kata-kata dari kalimat yang diucapkan kepada mereka sangatlah penting, karena mereka memberikan kita gambaran dasar akan arti kematian.

“Sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” (Kejadian 3:19).

Yaitu, jika manusia mati, dia hilang dari keberadaan dan menjadi busuk – kembali ke zat-zat yang mana ia dibuat. “Kalau mereka mati, mereka kembali ke tanah; hari itu juga semua rencana mereka lenyap” (Mazmur 146:4 - BIS).

Kematian merupakan hukuman akan ketidak-patuhan. Setelah Allah menjatuhkan hukuman tersebut, Dia menempatkan penjaga yang mencegah manusia untuk memakan buah dari pohon kehidupan, “jangan sampai ia … hidup untuk selama-lamanya” (Kejadian 3:22).

DOSA

Kematian adalah hukuman akan perbuatan dosa. “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.” (Yezhekiel 18:4).

Terdapat penjelasan sederhana yang masuk akal dalam pernyataan di atas. DOSA MEMBAWA KEMATIAN. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mencari tahu apa arti ‘dosa’ apabila kita ingin mencari jalan untuk menghindari kematian kekal.

Dosa adalah ketidak-percayaan akan Firman Allah, dan pelanggaran akan perintahNya. Akibatnya dari tindakan tersebut adalah seragam.

“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” (Roma 3:23)

Adam dan Hawa telah mewarisi kecenderungan fatal ini kepada keturunannya. Kecacatan manusia ini membentuk ‘sifat manusiawi’, atau apa yang disebut Alkitab sebagai ‘daging’, atau ‘pemikiran yang berdasarkan tabiat manusia’ (Alkitab terjemahan BIS).

Hal ini dapat diungkapkan dalam bermacam-macam bentuk, ‘Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.’ (Galatia 5:19-21).

Ini merupakan akibat alami dari jalan hidup yang dipilih oleh Adam dan Hawa enam ribu tahun yang lalu. Kekerasan kepala dan ketidak-pedulian akan jalan Allah telah membawa dunia ke situasi yang penuh kesukaran ini.

SATU-SATUNYA HARAPAN

Dalam Pelajaran 2, kita telah membahas beberapa sifat-sifat Allah. Beberapa sifat-sifat manusia juga telah dibahas secara singkat di atas. Perbedaan yang jauh dan jelas sekali diungkapkan dalam Firman Allah sebagai berikut:

“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yesaya 55:8-9)

Jelas sekali sekarang mengapa manusia mati, namun juga mengapa ia harus mati. Allah adalah Maha Adil, dan keadilan-Nya tidak memungkinkan bagi pendosa untuk hidup selamanya. Namun dua dari sekian banyak sifat-sifat Allah adalah belas-kasih dan pengampunan-Nya.

“Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.” (Mazmur 130:4)

Terdapat kebutuhan penting akan pengampunan Allah, karena manusia tidak dapat berhenti berdosa. “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” (1 Yohanes 1:8)

Alkitab menjelaskan secara rinci jalan Allah – satu-satunya jalan untuk dibebaskan dari cekalan kuat dosa dan kematian. Jalan tersebut, adalah ‘melalui iman’. Iman yang diminta oleh Allah memiliki ciri-khas yang khusus. Iman tersebut digambarkan sebagai “dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibrani 11:1)

Iman bukanlah merupakan kepercayaan buta akan hal-hal yang tidak masuk akal atau menggelikan. Tetapi merupakan kepercayaan yang penuh dan kuat akan Allah, bahwa Dia benar-benar bermaksud untuk menjalankan apa yang telah dijanjikan-Nya, walaupun pemenuhan tersebut sepertinya mustahil. Maka iman kita haruslah ditunjukkan melalui ketaatan akan perintah-perintah Allah. Bab ke-11 dari Surat kepada kaum Ibrani menjelaskan berbagai contoh praktis akan iman. Salah satunya adalah iman Abraham. “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (Kejadian 15:6)

Imannya telah ditunjukkan melalu ketaatannya terhadap Allah.

Bacalah Yakobus 2:17-26.

Maka iman dan ketaatan dapat, dalam belas-kasih Allah, menyebabkan pengampunan akan dosa-dosa kita, dan sebagai akibatnya, kematian juga akan teratasi. INI MERUPAKAN SATU-SATUNYA HARAPAN MANUSIA UNTUK MENDAPATKAN KEHIDUPAN KEKAL. Kehidupan kekal adalah, sesungguhnya, suatu karunia.

“Karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:23)

Hal ini telah dimungkinkan terjadi melalui pengorbanan Yesus Kristus yang akan kita bahas dalam pelajaran mendatang. Kehidupan kekal akan diberikan di masa depan, pada saat kebangkitan dari orang-orang mati. “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur (yaitu, telah mati - Ed) di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal.” (Daniel 12:2)

Maka mereka yang dianggap layak untuk memperoleh karunia yang berharga ini akan diubah menjadi mahluk kekal. Kebangkitan dari kematian mungkin terdengar luar biasa, namun ini merupakan salah satu hal yang mana kita diminta Allah untuk mempercayainya. Kita tahu bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Kebangkitan akan terjadi ketika Yesus Kristus kembali ke dunia: “Lalu Tuhan Yesus sendiri akan turun dari surga, dan orang-orang kristen yang telah meninggal akan dihidupkan terlebih dahulu.” (1 Tesalonika 4:16 - BIS)

Beberapa dari tanda-tanda yang mengatakan kepada kita bahwa kejadian-kejadian penting ini sangatlah dekat akan dijelaskan dalam Bahasn 9. Kita haruslah siap akan kedatangan hari itu.

RINGKASAN BEBERAPA POKOK PENTING

§         Kematian adalah akhir dari kehidupan, bukan pintu menuju kehidupan kekal

§         Penyelamatan Allah dimulai dari kerendahan hati

§         Kematian adalah akibat dari perbuatan dosa

§         Perbuatan dosa adalah ketidakpercayaan akan Firman Allah, dan pelanggaran akan kehendak -Nya

§         Manusia tidak dapat berhenti berdosa

§         Manusia dapat memperoleh pengampunan melalui kepercayaan akan Firman Allah dan kepatuhan akan kehendak-Nya

§         Iman merupakan kepercayaan akan Firman Allah dan terlihat dari perilaku dalam mematuhinya

§         Kehidupan kekal merupakan pemberian Allah, bagi anak-anak-Nya yang beriman

§         Kehidupan kekal akan diberikan pada saat kebangkitan dari kematian, ketika Yesus Kristus kembali ke dunia; ini merupakan satu-satunya harapan bagi manusia untuk menerima kehidupan kekal

 

AYAT-AYAT UNTUK BACAAN

Kejadian 2 dan 3; Mazmur 49 dan 146; Pengkhotbah 9; Roma 5 dan 6; 1 Korintus 15

PELAJARAN 4: Pertanyaan

Tandai þ untuk jawaban yang benar dalam setiap pertanyaan, dan serahkan. Terkadang, suatu pertanyaan membutuhkan lebih dari satu jawaban yang benar.

 

Komentar atau pertanyaan lain yang anda ingin kemukakan:

1.       Manakah dari pernyataan-pernyataan di bawah ini yang benar?

□           Kematian datang atas akibat perbuatan dosa

□           Semua orang berdosa

□           Kehidupan kekal merupakan pemberian dari Allah

□           Orang-orang yang baik tidak mati

2.       Ayat manakah dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa dalam kematian orang sama sekali tidak memiliki kesadaran?

□           Amsal 9:5

□           Yezhekiel 9:5

□           Pengkhotbah 9:5

□           Ester 9:5

3.       Sifat manusia apakah yang diminta oleh Allah dari orang yang mencari penyelamatan?

□           Kebanggaan hati

□           Kekayaan harta

□           Kerendahan-hati

□           Kebahagiaan diri

4.       Alkitab mengajarkan bahwa Allah membentuk manusia dari

□           Mahluk hidup lain

□           Debu tanah

□           Air

□           Allah tidak membentuk manusia

5.       Apakah “jiwa yang hidup”?

□           Mahluk yang hidup

□           Sebuah mata

□           Bagian dari tubuh yang tidak kekal

□           Mahluk yang kekal

6.       Mengapa manusia diciptakan?

□           Untuk memelihara binatang

□           Untuk bertani

□           Untuk memberi kebahagiaan kepada Allah

□           Untuk menyenangkan dirinya sendiri

7.       Apakah hukuman atas ketidak-patuhan Adam dan Hawa?

□           Mereka dikutuk untuk mati

□           Mereka dipukuli

□           Allah sama sekali menolak mereka

□           Mereka dilempari batu

8.       Apakah dosa?

□           Pikiran manusia

□           Kematian

□           Pelanggaran terhadap hukum Allah

□           Sifat manusia

9.       Iman adalah

□           Kepercayaan akan hal-hal yang mustahil

□           Pengetahuan akan rencana Allah

□           Kepercayaan akan hal-hal yang tak diketahui

□           Dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

10.   Alkitab mengajarkan

□           Tidak ada harapan

□           Kebangkitan dari kematian

□           Kehidupan dibalik kuburan bagi semua

□           Kehidupan kekal di Surga bagi mereka yang suci

 

Komentar atau pertanyaan lain yang anda ingin kemukakan: Carelinks, PO Box 152, Menai Central, NSW 2234 AUSTRALIA  e-mail: info@carelinks.net


previous page table of contents next page