9.2 Darah Yesus

 sering dinyatakan dalam Perjanjian Baru bahawa pembenaran dan keselamatan kita adalah melalui darah Yesus (contohnya 1 Yoh 1:7; Why 5:9; 12:11; Rm 5:9). Untuk menghargai kebenaran darah Kristus, kita harus memahami bahwa ini sebuah prinsip Alkitabiah bahwa “karena itu nyawa dari segala makhluk adalah darah” (Im 17:14). Tanpa darah tubuh tidak dapat hidup; karena inilah lambang kehidupan. Ini menjelaskan perkataan Kristus, “jika kamu tidak makan daging Anak manusia, dan minum darahNya, kamu tidak akan memiliki hidup” (Yoh 6:53).

     Dosa menghasilkan maut (Rm 6:23), pencurahan darah memberi kehidupan. Untuk alasan inilah bangsa Israel mempersembahkan darah setiap kali mereka berdosa, untuk mengingatkan mereka bahwa dosa membawa maut. “hampir semua melalui hukum (Musa) menyangkut darah; tanpa pencurahan darah tidak ada penebusan” (dari dosa – Ibr 9:22). Karena ini, Adam dan Hawa menutup diri mereka dengan daun dan tidak bisa diterima; kecuali, Allah membunuh seekor domba untuk menyediakan kulitnya sebagai penutup dosa mereka (Kej 3:7,21), begitupun, Habel mengorbankan binatang diterima dibanding Kain yang mempersembahkan tumbuhan, karena dia menghargai prinsip ini bahwa tanpa pencurahan darah tidak ada pengampunan dan tidak diterima Allah (Kej 4:3-5).

     Inilah poin yang terpenting terhadap darah Kristus. Khususnya yang teringat dalam saat paskah, yang mana umat Allah menempatkan darah domba pada tiang pintu mereka untuk selamat dari kematian. Darah ini mengarahkan kepada Yesus, yang mana kita harus miliki agar dosa kita tertutup. Sebelum masa Kristus, sesuai dengan hukum Allah melalui Musa, orang Yahudi harus mempersembahkan korban binatang untuk dosa mereka. Bagaimanapun, mencurahkan darah binatang seharusnya dapat memberikan pelajaran yang besar. dosa dihukum dengan kematian (Rm 6:23); tidak mungkin bagi manusia yang membunuh seekor binatang dan melihat hal ini diterima Allah kecuali dari dia sendiri. Binatang yang ia persembahkan tidak memiliki penghargaan benar atau salah; ini tidak penuh mewakilkan Dia: “tidaklah mungkin darah lembu atau darah domba menghapuskan dosa” (Ibr 10:4).

     Maka timbul pertanyaan, mengapa orang Yahudi harus mempersembahkan binatang saat mereka berdosa? Paulus mengutarakan jawaban yang bervariasi untuk pertanyaan ini dalam Gal 3:24): “hukum taurat adalah penuntun kita sampai hari Kristus”. Binatang-binatang yang mana dibunuh sebagai persemnahan akan dosa haruslah – tanpa noda (Kel 12:5; Im 1:3,10, dll). Ini mengarah pada Kristus, “domba tanpa noda” (1 Ptr 1:19). Darah binatang-binatang itu diwakilkan Kristus. Diterima sebagai persembahan akan dosa sebagaimana mengarah pada korban Kristus yang sempurna, yang mana Allah mengetahui Dia akan melakukannya. Pada hal ini, Allah mengampuni dosa-dosa dari umatNya yang hidup sebelum masa Kristus. kematianNya telah menebus dan mengalihkan dari yang (dilakukan) pada perjanjian yang pertama” (Ibr 9:15), maksudnya hukum Musa (Ibr 8:5-9). Segala persembahan dipersembahkan di bawah hukum kepada Kristus, persembahan dosa yang sempurna, yang menghapus dosa dengan mengorbankan diriNya sendiri” (Ibr 9:26; 13:11,12; Rm 8:3 [NIV] 2 Kor 5:21).

     Kita dijelaskan dalam sesi 7.3 bagaimana keseluruhan Perjanjian Lama, terdiri dari hukum Musa, menilai kepada Kristus. Di bawah hukum akan jalan Allah melalui imam besar; dialah penghubung antara Allah dengan manusia di bawah perjanjian yang lama sebagaimana Kristus di bawah Perjanjian yang baru (Ibr 9:15). “hukum (menjadikan) manusia imam besar yang harus ditetapkan; tetapi kata sumpah... membuat Anak, yang ditujukan untuk selama-lamanya” (Ibr 7:28). Karena mereka sendiri adalah orang berdosa, orang ini tidak pada posisi yang menghasilkan pengampunan yang benar kepada manusia. Binatang yang dipersembahkan untuk dosa tidaklah sungguh-sungguh mewakili orng berdosa. Apa yang disebut sebagai manusia sempurna, satu yang dalam segala hal mewakili seluruh dosa manusia, yang sebelumnya sebagai sesuatu yang dapat diterima sebagai pengorbanan akan dosa. Manusia yang kemudian menyatuakan diri mereka dengan korban. Dalam hal yang sama, Imam besar yang sempurna turut merasakan seluruh dosa manusia bagi penyediaanNya, pernah dicobai seperti mereka (Ibr 2:14-18).

     Yesus menyempurnakan hal ini – “demikianlah sebagai imam besar bagi kita, yang kudus, tidak bersalah, tidak nernoda” (Ibr 7:26). Dia tidak memerlukan korban unruk diriNya sendiri secara terus-menerus, dan juga tidak dapat mati lagi (Ibr 7:23,27). Dalam penjelasan ini, Alkitab mengatakan Kristus sebagai imam kita: “di mana Dia dapat juga menyelamatkan mereka dan membawa kepada Allah melalui Dia, melihat Dia hidup untuk membuat perantaraan bagi mereka” (Ibr 7:25). Karena Dia memiliki kodart manusia, Kristus sebagai Imam Besar kita yang ideal, “memiliki belas kasihan kepada mereka yang bodoh dan tersesat; karena Dia sndiri penuh dengan kelemahan” (Ibr 5:2). Ini mengulang pernyataan mengenai Kristus, “Dia juga seperti diriNya sendiri” mengambil bagian sifat dasar manusia kita (Ibr 2:14).

     Sebagai imam besar Yahudi perantara hanya bagi umat Allah, Israel, begitupun Kristus imam hanya bagi Israel rohani – yang telah dibaptis ke dalam Kristus, memahami kebenaran injil. Dia adalah “imam besar atas rumah Allah” (Ibr 10:21), yang diperuntukan bagi mereka yang lahir baru melalui baptisan (1 Ptr 2:2-5), memiliki pengharapan yang benar akan injil (Ibr 3:6). Menghargai dan menyadari ke- imaman Kristus seharusnya membuat kita dibaptis di dalam Dia; tanpa ini, Dia tidak dapat menjadi perantara kita.

     Memiliki baptisan dalam Kristus, kita seharusnya mengejar manfaat penuh akan ke-imaman Kristus; sesungguhnya, kita memiliki tanggung-jawa di mana kita harus mengangkatnya. “Oleh Dia, biarlah kita mempersembahkan korban pujian kepada Allah terus-menerus” (Ibr 13:15). Rencana Allah akan penyediaan Kristus sebagai imam besar kita agar kita memuliakan Dia; oleh karenanya seharusnya kita terus-menerus menggunakan jalur kita kepada Allah melalui Kristus dengan maksud memujiNya. Ibr 10:21-25 mencatat sejumlah tanggung-jawab yang kita miliki yang diperhitungkan kepada Kristus sebagai imam besar kita: “memiliki imam besar atas rumah Allah:

1.       marilah kita mendekat kepada Allah denagn hati yang benar dalam jaminan iman yang penuh, hati yang terpecahkan dari keadaan yang jahat, dan tubuh kita dibasuh dengan air yang murni”. Memahami ke-imaman Kristus berarti kita harus dibaptis di dalamNya (“pembasuhan tubuh kita”), kita tidak seharusnya membiarkan yang jahat bertumbuh dalam pikiran kita. Jika kita percaya akan penyataan Kristus, kita menjadi satu dengan Allah (‘PADA-SATU-MANUSIA’) oleh pengorbananNya.

2.       “mari kita bertahan pada iman kita tanpa terguncang”. Kita tidak seharusnya terpisah dari ajaran-ajaran yang membawa kita akan memahami ke-imaman Kristus.

3.       mari kita menyadari satu dengan lainnya akan kasih... tidak menghina jemaat yang kita bersama”. Kita harus menjalin kasih bersama dengan lainnya yang memahami hasil ke-imaman Kristus; ini terdiri dari jemaat bersama pada pelayanan persekutuan, yang mana kita mengingat pengorbanan Kristus (lihat sesi 11.3,5).

 

     Menhargai hal ini seharusnya kita rasakan dengan keyakinan yang rendah hati bahwa kita sesungguhny6a akan mencapai keselamatan, jika kita dibaptis dan taat di dalam Kristus: “marilah kita dengan demikian datang secara jasmani menghampiri tahta kasih karunia, bahwa kita menerima rahmat, dan menemukan anugerah untuk menolong kita pada waktunya” (Ibr 4:6).


previous page table of contents next page